سوابق الهمم لاتخرق اسوار الاقدار
“Kuatnya kemauan (himmah) tidak akan bisa menembus rahasia-rahasia
taqdir”
Sering kita mendengar kalimat yang banyak diucapkan banyak orang –meski
mereka tidak tahu asal dan sumber kalimat itu ; ‘ manusia punya rencana
Allah punya rencana, dan rencana Allah-lah yang pasti terlaksana.’ Sesering
juga kita mendengar orang tua dulu berkata, “nak, maut, bala’, jodoh,
rezeki, semua sudah ada yang ngatur (Allah), jadi ya jalani saja.” Dan masih
banyak petuah-petuah jalanan yang menyebar di masyarakat kita dan menjadi satu
kesepakatam sosial yang tak disengaja, bahwa kita dan manusia lainnya
bersepakat tentang kelemahan ‘kemauan’ kita dan harus manut dengan ke’mau’an-Nya
Allah SWT.
Sayangnya kalimat seperti itu sekarang ini terdengar ‘klise’ dan
basi, ditengah maraknya penuhanan terhadap akal, ilmu dan ke’aku’an, manusia
tak lagi menyelami makna kalimat-kalimat sakti di atas, akibatnya banyak
manusia yang kehilangan eksistensinya, tercabut kebahagiaannya dan rusak
akidahnya. Hal ini disebabkan pondasi keimanan yang ditanamkan oleh kekasih
Allah dan orang tua dulu digerus dengan ‘seolah-olah’ mampu mengatur kehidupan.
Perkataan syekh aththaillah ini tidak ada kaitannya dengan
Jabbariah ataupun qodariyah, ini adalah satu pengakuan yang jujur dari seorang
kekasih Allah yang menempuh laku salik ruhani (spiritual journey), bahwa pada
garis akhir kesimpulan kehidupan manusia, semuanya menyerah pada taqdir yang
telah ditetapkan Allah SWT. Jangan lagi
engkau bertanya, kalau begitu untuk apa kita berusaha?bekerja? dan
beraktifitas? Karena pertanyaanmu dan semua jawaban yang engkau simpulkan dalam
kepalamu itupun bagian dari taqdir yang telah ditetapkan Allah, karena memang
taqdir itu sangat terperinci, sampai butiran nasi yang masuk ke mulutmu saja,
telah tertulis taqdir buatmu.
Lalu apa hikmah perkataan syekh athtahillah?
Beliau rohimahullah ingin mengatakan kepada kita untuk memutus
angan-angan seperti bayan di kajian hikam 2 dan 3, asbab dan tajrid. Tunduklah saja
pada setiap ketentuan yang berlaku, ridho-lah saja pada setiap kehendak yang
ditajjali-kan-Nya. Jangan engkau berontak, karena sekeras apapun
pemberontakanmu pada ketetapan Allah, tetap saja taqdir itulah yang akan
menang.
Syekh kembali menekankan kepada kita untuk tidak bersedih hati,
bermuram durja atau berputus asa, jika usaha, ikhtiar, mujahadah, upaya yang
telah engkau lakukan tidak membawa hasil, sesungguhnya bagi para Salik (penempuh
jalan ruhani), ketidakberhasilan itu adalah keberhasilan itu sendiri, kenapa? Karena
di kegagalannya itulah ia mampu menyelami makna ‘ laa hawla walaa quwwata illa
billah’ bahwa ia tak memiliki kemampuan apa-apa, tak berhak menuntut apa-apa,
ia akhirnya tersandar pada satu sikap orang yang beriman, hasbunallah, cukup
Allah saja!! Dan itu adalah karunia yang tak bisa ditukar dengan dunia dan
isinya sekalipun, terbukanya futuh hati untuk berma’rifat kepada Allah.
Ini juga bukan bentuk sikap skeptis, apatis apalagi sikap orang
malas, justru penjelasan syekh aththaillah ini menjadi pemacu semangat yang
sangat luar biasa, bahwa setiap orang tidak akan meninggal dunia sebelum
memenuhi semua taqdirnya, berarti selalu ada ‘kemungkinan’ yang dirahasiakan
tuhan sebagai kejutan buat kita di esok hari, jika iya, lalu kenapa engkau
harus berputus asa di hari ini?! Ikuti saja arah taqdir membawamu, karena
dirimu dan manusia lainnya tak berhak atas keputusan hidupmu, bukan kantor yang
mem-PHK-mu, bukan usahamu yang bangkrut, bukan mertua yang mengusirmu –lantaran
kemiskinan. Bukan apa dan siapa yang bisa mengubah hidupmu, bahkan bukan dirimu
sendiri, tetapi Allah-lah yang bisa merubah garis hidupmu, itulah mengapa ‘taqdir’
begitu dirahasiakan-Nya, agar tak ada orang yang merasa ‘keminter’ menentukan
garis hidupmu.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an :
Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia
telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya.” (al-Furqan: 2)
“Allah mengetahui apa yang
dikandung oleh setiap perempuan, kandungan rahim yang kurang sempurna, dan yang
bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.”(ar-Ra’d: 8)
"dan Dia Allah yang menentukan taqdir dan memberi petunjuk" (Q.S. Al-A'la :3)
"Apa yang kamu kehendaki, (tidak dapat terlaksana) kecuali
dengan kehendak Allah "(QS Al-Insan :30)
Simaklah ayat-ayat Allah ini dan renungkanlah, sehingga kita mampu
memahami perkatan syekh aththaillah tentang taqdir, dan mengajak kita untuk
mengimani taqdir itu yang baik mupun buruk, dan keimanan akan
ketetapan-ketetapan Allah itu merupakan bentuk keridhoan yang membawa pelakunya
pada kebahagiaan. Sementara pengingkaran terhadap taqdir dan ketentuan Allah
karena mengandalkan asumsi-asumsi akal dan me’rasa’ memiliki ilmu akan berujung
pada penderitaaan dan menemui taqdir yang jauh lebih buruk lagi seperti firman
Allah SWT :
“Rasakanlah sentuhan api
neraka. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir.”
(al-Qamar: 48-49) dan Nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang ayat ini :
نَزَلَتْ فِي أُنَاسٍ مِنْ أُمَّتِي يَكُونُونِ فِي
آخِرِ الزَّمَانِ يُكَذِّبُونَ بِقَدَرِ اللهِ
“(Ayat ini) turun
tentang sebagian manusia dari kalangan umatku di akhir zaman yang mendustakan
takdir Allah.” (HR. ath-Thabarani 5/276 dan Ibnu Abi Hatim sebagaimana yang
disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, 4/268.);
Muhammad bin Ka’b al-Qurazhi berkata, “Tatkala manusia berbicara
tentang takdir, aku pun memerhatikan bahwa ternyata ayat-ayat ini turun tentang
mereka: “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di
dunia) dan dalam neraka. Pada hari mereka diseret dalam neraka di atas muka
mereka (dan dikatakan), “Rasakanlah sentuhan api neraka. Sesungguhnya Kami
menciptakan segala sesuatu menurut takdir.” (al-Qamar: 47—49)(Tafsir
ath-Thabari 22/162)
Subhallah, inilah puncak bayan (keterangan) dari syekh aththaillah
rohimahullah, betapa lembut dan santunnya beliau dalam mengingatkan kita
tentang bahaya ‘mengingkari’ taqdir, merupakan sifat seorang mursyid
kamil-pewaris Nabi- yang selalu berupaya semaksimal mungkin untuk mengajak
murid-muridnya, sahabat-sahabatnya, ikhwan-ikhwannya dan seluruh ummat selamat
dari ketertipuan akal dan syahwat dan kembali kepada fitrah tauhid yakni tunduk
dan menyerah kepada Allah SWT (yusalimu taslimah).
Wallahu a’lam bishshowab.
Sufi kaki lima