Minggu, 05 Agustus 2012

Kajian Al-Hikam 4



سوابق الهمم لاتخرق اسوار الاقدار

“Kuatnya kemauan (himmah) tidak akan bisa menembus rahasia-rahasia taqdir”

Sering kita mendengar kalimat yang banyak diucapkan banyak orang –meski mereka tidak tahu asal dan sumber kalimat itu ; ‘ manusia punya rencana Allah punya rencana, dan rencana Allah-lah yang pasti terlaksana.’ Sesering juga kita mendengar orang tua dulu berkata, “nak, maut, bala’, jodoh, rezeki, semua sudah ada yang ngatur (Allah), jadi ya jalani saja.” Dan masih banyak petuah-petuah jalanan yang menyebar di masyarakat kita dan menjadi satu kesepakatam sosial yang tak disengaja, bahwa kita dan manusia lainnya bersepakat tentang kelemahan ‘kemauan’ kita dan harus manut dengan ke’mau’an-Nya Allah SWT. 

Sayangnya kalimat seperti itu sekarang ini terdengar ‘klise’ dan basi, ditengah maraknya penuhanan terhadap akal, ilmu dan ke’aku’an, manusia tak lagi menyelami makna kalimat-kalimat sakti di atas, akibatnya banyak manusia yang kehilangan eksistensinya, tercabut kebahagiaannya dan rusak akidahnya. Hal ini disebabkan pondasi keimanan yang ditanamkan oleh kekasih Allah dan orang tua dulu digerus dengan ‘seolah-olah’ mampu mengatur kehidupan.

Perkataan syekh aththaillah ini tidak ada kaitannya dengan Jabbariah ataupun qodariyah, ini adalah satu pengakuan yang jujur dari seorang kekasih Allah yang menempuh laku salik ruhani (spiritual journey), bahwa pada garis akhir kesimpulan kehidupan manusia, semuanya menyerah pada taqdir yang telah ditetapkan Allah SWT.  Jangan lagi engkau bertanya, kalau begitu untuk apa kita berusaha?bekerja? dan beraktifitas? Karena pertanyaanmu dan semua jawaban yang engkau simpulkan dalam kepalamu itupun bagian dari taqdir yang telah ditetapkan Allah, karena memang taqdir itu sangat terperinci, sampai butiran nasi yang masuk ke mulutmu saja, telah tertulis taqdir buatmu.

Lalu apa hikmah perkataan syekh athtahillah?

Beliau rohimahullah ingin mengatakan kepada kita untuk memutus angan-angan seperti bayan di kajian hikam 2 dan 3, asbab dan tajrid. Tunduklah saja pada setiap ketentuan yang berlaku, ridho-lah saja pada setiap kehendak yang ditajjali-kan-Nya. Jangan engkau berontak, karena sekeras apapun pemberontakanmu pada ketetapan Allah, tetap saja taqdir itulah yang akan menang. 

Syekh kembali menekankan kepada kita untuk tidak bersedih hati, bermuram durja atau berputus asa, jika usaha, ikhtiar, mujahadah, upaya yang telah engkau lakukan tidak membawa hasil, sesungguhnya bagi para Salik (penempuh jalan ruhani), ketidakberhasilan itu adalah keberhasilan itu sendiri, kenapa? Karena di kegagalannya itulah ia mampu menyelami makna ‘ laa hawla walaa quwwata illa billah’ bahwa ia tak memiliki kemampuan apa-apa, tak berhak menuntut apa-apa, ia akhirnya tersandar pada satu sikap orang yang beriman, hasbunallah, cukup Allah saja!! Dan itu adalah karunia yang tak bisa ditukar dengan dunia dan isinya sekalipun, terbukanya futuh hati untuk berma’rifat kepada Allah.

Ini juga bukan bentuk sikap skeptis, apatis apalagi sikap orang malas, justru penjelasan syekh aththaillah ini menjadi pemacu semangat yang sangat luar biasa, bahwa setiap orang tidak akan meninggal dunia sebelum memenuhi semua taqdirnya, berarti selalu ada ‘kemungkinan’ yang dirahasiakan tuhan sebagai kejutan buat kita di esok hari, jika iya, lalu kenapa engkau harus berputus asa di hari ini?! Ikuti saja arah taqdir membawamu, karena dirimu dan manusia lainnya tak berhak atas keputusan hidupmu, bukan kantor yang mem-PHK-mu, bukan usahamu yang bangkrut, bukan mertua yang mengusirmu –lantaran kemiskinan. Bukan apa dan siapa yang bisa mengubah hidupmu, bahkan bukan dirimu sendiri, tetapi Allah-lah yang bisa merubah garis hidupmu, itulah mengapa ‘taqdir’ begitu dirahasiakan-Nya, agar tak ada orang yang merasa ‘keminter’ menentukan garis hidupmu.

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an :

Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (al-Furqan: 2)

“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, kandungan rahim yang kurang sempurna, dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.”(ar-Ra’d: 8)

"dan Dia Allah yang menentukan taqdir dan memberi petunjuk" (Q.S. Al-A'la :3)
 
"Apa yang kamu kehendaki, (tidak dapat terlaksana) kecuali dengan kehendak Allah "(QS Al-Insan :30)

Simaklah ayat-ayat Allah ini dan renungkanlah, sehingga kita mampu memahami perkatan syekh aththaillah tentang taqdir, dan mengajak kita untuk mengimani taqdir itu yang baik mupun buruk, dan keimanan akan ketetapan-ketetapan Allah itu merupakan bentuk keridhoan yang membawa pelakunya pada kebahagiaan. Sementara pengingkaran terhadap taqdir dan ketentuan Allah karena mengandalkan asumsi-asumsi akal dan me’rasa’ memiliki ilmu akan berujung pada penderitaaan dan menemui taqdir yang jauh lebih buruk lagi seperti firman Allah SWT :

 “Rasakanlah sentuhan api neraka. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir.” (al-Qamar: 48-49) dan Nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang ayat ini : 

نَزَلَتْ فِي أُنَاسٍ مِنْ أُمَّتِي يَكُونُونِ فِي آخِرِ الزَّمَانِ يُكَذِّبُونَ بِقَدَرِ اللهِ

“(Ayat ini) turun tentang sebagian manusia dari kalangan umatku di akhir zaman yang mendustakan takdir Allah.” (HR. ath-Thabarani 5/276 dan Ibnu Abi Hatim sebagaimana yang disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, 4/268.);

Muhammad bin Ka’b al-Qurazhi berkata, “Tatkala manusia berbicara tentang takdir, aku pun memerhatikan bahwa ternyata ayat-ayat ini turun tentang mereka: “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. Pada hari mereka diseret dalam neraka di atas muka mereka (dan dikatakan), “Rasakanlah sentuhan api neraka. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir.” (al-Qamar: 47—49)(Tafsir ath-Thabari 22/162)

Subhallah, inilah puncak bayan (keterangan) dari syekh aththaillah rohimahullah, betapa lembut dan santunnya beliau dalam mengingatkan kita tentang bahaya ‘mengingkari’ taqdir, merupakan sifat seorang mursyid kamil-pewaris Nabi- yang selalu berupaya semaksimal mungkin untuk mengajak murid-muridnya, sahabat-sahabatnya, ikhwan-ikhwannya dan seluruh ummat selamat dari ketertipuan akal dan syahwat dan kembali kepada fitrah tauhid yakni tunduk dan menyerah kepada Allah SWT (yusalimu taslimah).

Wallahu a’lam bishshowab.
Sufi kaki lima

Tidak ada komentar:

Posting Komentar