Rabu, 01 Agustus 2012

Kajian Al-Hikam 1


من علامات الاعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الزلل
( Daripada tanda bahwa engkau bersandar (bertuhan)-kepada amal, hilangnya harapanmu kepada Allah ketika engkau kehilangan semangat ibadah)

Adakah manusia sempurna?? Tidak ada, yang Maha Sempurna hanya Allah SWT. Rasulullah SAW merupakan manusia paripurna, ia adalah mahluk yang mulia, bahkan kemuliannya dipuji oleh Allah SWT. Ia adalah kekasih Allah, manusia pilihan yang diturunkan sebagai rahmat bagi semesta. Namun ia bukan Allah yang Maha Sempurna, ia ma’shum sebagai Rasulullah, namun secara basyariah ia tetap memerlukan makan, minum, tidur, keluarga dan fasilitas lain yang digunakan oleh manusia kebanyakan. Lalu apa yang menjadikan rasulallah sebagai ‘Insan Kamil’ atau manusia sempurna?? Karena ia tak pernah menghadirkan ke’aku’annya selaku manusia, ia patuh dan tunduk kepada Allah SWT secara totalitas, ia tak pernah membantah taqdir Allah yang menetap padanya. Sedari kecil baginda mulia telah ditinggal oleh ayah dan bunda, namun hal itu tak mengecilkan semangat juangnya untuk tumbuh dan berkembang, karena di lubuk hatinya yang terdalam ia memiliki TUHAN yang Maha segalanya. Kekuatan spiritual yang tak bisa dibeli dengan uang, harta, kekayaan apalagi jabatan. Pengabdian, hanya itulah yang membuat beliau SAW menjadi manusia yang sempurna. Mengikuti ajarannya mendatangkan cinta Allah dan ampunan-Nya.

Adalah kita manusia yang lemah, yang sering bersandar kepada amal, kita merasa bertuhan saat kita melaksanakan ibadah, sementara ketika dzanban (dosa) dan ghaflah (kelalaian) datang kita seolah kehilangan Allah. Allah dianggap ada dan tiada seiring dengan pengabdian dan kedurhakaan. Apakah tuhannya orang yang bermaksiat bukan Allah?? Kalau jawabannya tentu saja Allah, berarti Allah tak pernah kehilangan eksistensi-Nya meskipun semua mahluk durhaka kepada-Nya atau bertambah kemulian-Nya ketika semua mahluk ta’at pada-Nya. Allah tetaplah Allah dengan segala ke Agungan-Nya, mau taat atau bermaksiat kita, Dia tetaplah Dia.

Lalu apa maksud dan hikmah perkataan syekh ibnu aththaillah di atas?? 

Beliau (syekh) mengingatkan kepada kita untuk tetap menjada ketauhidan yang murni, bahwa Allah SWT tidak datang dan pergi, ada dan tiada, muncul dan hilang, Allah senantiasa wujud, tak pernah berkurang apatah lagi menghilang baik kita dalam keadaan beribadah atau tidak sekalipun. Syekh mengatakan bahwa Tuhan kita Allah, bukan ibadah itu sendiri. Ibadah adalah dampak dari cinta dan kerinduan kepada Allah, sementara kemaksiaatan adalah wujud dari kelemahan manusia sejati. Saat engkau sedang dalam keadaan rajin beribadah janganlah engkau sangka-kan bahwa ibadah itu hasil dari kemampuanmu, melainkan buah cinta dari Allah SWT, sementara ketika engkau terlepas dari ibadah (futur), engkau tetap harus menguatkan roja (harapan) kepada Allah untuk mengampunimu, membimbingmu dan merangkulmu kembali pada hal-hal yang diridhoi-Nya. Jadi jelaslah sudah yang dimaksudkan dengan syekh bahwa siapakah TUHAN bagi orang-orang yang tersesat? Atau siapakah TUHAN orang-orang yang kafir itu? Al-Qur’an menjawab “ milik Allah-lah apa-apa yang ada di langit dan di bumi “ (Q.S. Al-baqarah : 284) .

Siapakah yang dapat memberi orang-orang yang tersesat itu petunjuk? Atau mengampuni orang yang berdosa itu? Jawabnya adalah Allah! Sungguh matahati yang terbuka, ia tidak akan bersandar kepada amaliah diri, tetapi sandarannya adalah Allah SWT.  Ingatlah kembali kisah yang diriwayatkan oleh imam bukhori dalam sahihnya, tentang si pembunuh 100 orang yang memiliki roja (harapan) akan ampunan Allah, dan pada akhirnya kekuatan prasangkanya (dhon) kepada Allah mengantarkannya kepada surga. Atau kisah si pelacur yang memberi minum seekor anjing, asbab itulah ia dirahmati Allah dan diampuni dosa-dosanya.

Mari kita buka satu kisah dalam sebuah kitab :

Hiduplah seorang pemuda yang ahli ma’siat, sampai ketika ia akan meninggal dunia, ia berkata kepada ibunya yang sebatang kara “ duhai ibuku, engkau tahu kalau aku adalah ahli durhaka, tak ada dosa yang tidak aku lakukan, dan ketahuilah olehmu saat aku mati nanti, takkan ada orang yang akan memandikanku, mengafaniku, menyolatkanku dan menguburkanku, hanya engkau sendiri wahai ibu. Untuk itu aku minta engkau meridhoi aku yang telah menyakitimu selama ini, dan hanya itu yang aku inginkan. Tidak berapa lama si pemuda meninggal dunia, dan apa yang ia katakan benarlah, tak ada satupun warga yang datang menjenguk jenazahnya hingga saat ibunya membawa ke kuburan bertemu dengan Malik bin Dinar seorang alim dan abid. Malik bin Dinar keheranan mengapa ada seorang tua yang membawa jenazah sendirian, di mana penduduk kampung lainnya, rasa penasaran membuat Malik bin Dinar mengikuti sang ibu tersebut sampai di kuburan. Saat jenazah itu sudah diletakkan dalam tanah, sang ibu berkata “ Ya Allah, saksikanlah bahwa aku ridho terhadap anakku, dan engkau berjanji bahwa ridhonya orang tua merupakan keridhoan-Mu, maka ridhoilah ia!” setelah sang ibu menguburkan jenazah anaknya. Malik bin Dinar memberanikan diri bertanya apa gerangan yang menimpa anaknya sehingga tak ada satupun warga yang mau membantu si ibu. Sang ibu menceritakan apa yang dikatakan dan diminta oleh anaknya. Malik bin Dinarpun dapat memahami kenapa hal itu sampai terjadi, keduanya pulang ke gubuk masing-masing. Saat malam Malik bin Dinar bermimpi bertemu Rasulallah SAW dan mengatakan “ wahai malik, ketahuilah olehmu bahwa lelaki itu mendapatkan ridho dan ampunan Allah SWT, karena keridhoan orangtuanya. “

Subhanallah......
Adakah kita bisa menentukan kebaikan dan keburukan seseorang? Tidak! Yang harus kita lakukan hanyalah selalu bersangka baik dengan Allah SWT dan menguatkan roja (harapan) kepada Allah SWT, baik dalam ketaatan maupun saat bergelimang dosa dan kesalahan, karena memang Hanya Allah-lah tempat bersandar semua mahluk.

  
Wallahu a’lam bishshowab.
    Sufi Kaki Lima

6 komentar:

  1. Pencerahan yg indah...
    Allah maha pengampun.
    Terimaksih guuruu besar.

    BalasHapus
  2. Saya suka dengan artikel ini... terima kasih... senang2 jemput singgah di kindhearty.blogspot.com

    BalasHapus
  3. kajian yang aaajiiib...
    silahkan mampir juga ke blog
    http://sebutirhikmah.blogspot.com/

    BalasHapus